Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
A.
PENELITIAN KUANTITATIF
1.
Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data. Instrumen digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti. Dikarenakan
instrument akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan
data kuantatif yang akurat, maka instrument harus mempunyai skala.
a.
Macam-Macam Skala Pengukuran
Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Berbagai
skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan, dan
social, yakni:
1.
Skala Likert
Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok tentang fenomena sosial (variabel penelitian). Dengan skala Likert, variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Jawaban setiap item instrument
yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negative yang dapat berupa kata-kata berikut:
a.
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Tidak setuju
e.
Sangat tidak setuju
|
a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Tidak pernah
|
a.
Sangat positif
b.
Positif
c.
Negative
d.
Sangat negatif
|
a.
Sangat baik
b.
Baik
c.
Tidak baik
d.
Sangat tidak baik
|
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi
skor, misalnya:
a.
Setuju/selalu/ sangat positif
dieri skor 5
b.
Setuju/sering/positif diberi
skor 4
c.
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral
diberi skor 3
d.
Tidak setuju/hamper tidak
pernah/negative diberi skor 2
e.
Sangat tidak setuju/tidak
pernah/diberi skor 1
Instrumen penelitian menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam
bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
2.
Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas,
yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, positif-negatif” dll.
Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan bentuk
checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.
Contoh:
Apakah Anda punya ijazah sarjana?
a.
Tidak
b.
Punya
3.
Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan
oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap dengan bentuk
tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban”sangat positifnya” terletak di
bagian kanan garis dan jawaban yang “sangat negative terletak di bagian kiri
garis atau sebaliknya.
Contoh:
Bersahabat 5 4
3 2 1 Tidak
bersahabat
Tepat janji 5 4
3 2 1 Lupa
janji
4.
Rating Scale
Tiga skala telah dijelaskan di atas. Jika ketiga skala di atas,
didapatkan data kualitatif kemudian dikuantatifkan. Lain halnya dengan
rating-scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif, kemudian data
tersebut di kualitatifkan.
Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah ini A?
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang cukup baik
2 bila tata ruang kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat baik.
Pertanyaan tentang tata ruang kantor
|
Interval jawaban
|
Pencahayaan alam tiap
ruangan
|
4 3 2 1
|
5.
Instrument untuk menjaring data
nominal dan data ordinal
Contoh data nominal:
a.
Berapa jumlah guru di sekolah
anda? ……..guru
b.
Berapakah guru yang dapat
berbahasa inggris? ……guru
Contoh data ordinal:
Berilah rangking
terhadap prestasi belajar sepuluh murid di kelas ini?
Nama Murid Rangking
nomor
A ……
B ……
2. INSTRUMEN PENELITIAN
Intrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
social yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian.
Jumlah
instrument penelitian tergantung jumlah variabel penelitian yang ditetapkan
untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “Pengaruh kepemimpinan dan iklim
kerja sekolah terhadap prestasi belajar anak”. Dalam hal ini ada tiga
instrument yang perlu dibuat, yaitu:
a.
Instrument untuk mengukur
kepemimpinan
b.
Instrument untuk mengukur iklim
kerja sekolah
c.
Instrument untuk mengukur
prestasi belajar murid
3.
Cara Menyusun Instrumen
Langkah-langkah
menyusun instrument, yakni
![]() |
Untuk memudahkan penyusunan instrument,
maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi
instrument”
4.
Validitas dan Reliabilitas
Instrumen
Instrument yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran
yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti karena meteran
memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur berat. Instrument yang reliabel adalah instrument yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrument yang
tidak reliabel/konsisten.

5.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a.
Pengujian Validitas Instrumen
1.
Pengujian Validitas Konstrak
(Construct Validity)
Untuk menguji
validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli. Dalam hal ini, setelah
instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para
ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Mungkin Para
ahli akan member keputusan: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doctor sesuai dengan
lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian
konstrak dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka
diteruskan dengan uji coba instrument. Uji coba tersebut dicobakan pada sampel
dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30
orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi
dilakukan dengan analisis factor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrument dalam suatu factor dan mengkorelasikan skor factor dengan skor
total.
2.
Pengujian Validitas Isi
(content Validity)
Untuk instrument
yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrument dengan mata pelajaran yang telah diajarkan.
3.
Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal
instrument diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria
yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
b.
Pengujian Reliabilatas Instrumen
Pengujian
reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik
tertentu.
a.
Test-retest
Instrument
penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara
mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi, dalam hal ini
instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.
Bila korelasi koefesien positif dan signifikan maka instrument tersebut
dinyatakan reliabel.
b.
Ekuivalen
Instrument ini
adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian
reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua pada responden yang sama, waktu sama, dan berbeda instrument.
c.
Gabungan
Pengujian
reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen
itu beberapa kali responden yang sama
d.
Internal consistency
Pengujian reliabilitas
dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali
saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil digunakan
dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di
rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner
(angket), observasi (Sugiyono, 2012: 193-194)
A. INTERVIEW
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno
Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
- Bahwa subjek (responden)
adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
- Bahwa apa yang dinyatakan
oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
- Bahwa interpretasi subjek
tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama
dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
- Wawancara terstruktur
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara berjalan lancar.
Adapun
contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa terhadap pelayanan
Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon:
1) Bagaimanakah
tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan Administrasi di IAIN Syekh Nurjati?
a) Sangat
bagus
b)
Bagus
c)
Tidak bagus
d)
Sangat tidak bagus
·
Wawancara tidak
terstruktur
Wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-kebijakan Rektor
terhadap UKM-UKM yang ada di IAIN Syekh Nurjati Cirebon?Dan bagaimana dampaknya
terhadap mahasiswa!”.
B.
KUESIONER/ANGKET
Kuesioner
merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden.
Uma
Sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket
yaitu sebagai berikut:
1)
Prinsip penulisan angket
- Isi dan tujuan pertanyaan,
yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk
pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat
pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
- Bahasa yang digunakan, bahasa
yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan
berbahasa responden.
- Tipe dan bentuk
pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau
tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur),
dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
- Pertanyaan tidak mendua
- Tidak menanyakan yang
sudah lupa
- Pertanyaan tidak
menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang
baik saja atau yang jelek saja.
- Panjang pertanyaan, pertanyaan
dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh
responden dalam mengisi.
- Urutan pertanyaan, urutan
pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang
spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.
- Prinsip pengukuran, angket
yang diberikan kepada responden adalah instrument penelitian yang
digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu,
angket harus diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan.
- Penampilan fisik angket;
penting dilakukan agar responden tertarik untuk merespon angket tsb.
C.
OBSERVASI
Observasi sebagai teknik pengumpulan
data mempunyai ciri-ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi
juga obyek-obyek alam lain.
Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dapat dibedakan, yakni:
1.
Observasi berperanserta
(participant observation)
Dalam observasi ini,
peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagi sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan
ikut merasakan suka dukanya.
2.
Observasi nonpartisipan
Observasi
nonpartisipan, peneliti bersifat indpenden dalam penelitian. Peneliti tidak
terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati.
a.
Observasi terstruktur
Observasi terstruktur
adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan
diamati, kapan dan dimana tempatnya.
b.
Observasi tidak terstruktut
Observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diamati
B.
PENELITIAN KUALITATIF
a.
Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian kualitatif yang menjadi instrument
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu,
peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrument penelitian meliputi validasi
terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap yang
diteliti, kesiapan penelitu untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri.
Peneliti
kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menentapkan focus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam
penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belum jelas masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum
jelas. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan
instrument penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif “The researcher is the key intstrumen”.
Jadi, peneliti adalah merupakan instrument kunci dalam penelitian kualitatif.
Menurut Nasution
(1988) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa
karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Peneliti sebagai akat peka dan
dapat bereaksi terhadap semua stimulus dari lingkungan yang harus
diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian
2.
Peneliti sebagai alat dapat
menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka
ragam data sekaligus
3.
Tiap situasi merupakan
keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat
menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia
4.
Suatu situasi yang melibatkan
interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk
memahaminyakita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan
kita
5.
Peneliti sebagai instrument
dapat menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya. Melahirkan
hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamata, untuk mentest
hipotesis yang timbul seketika
6.
Hanya manusia sebagai
instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada
suatu saat dan menggunakan segera sebagai bahan balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan
7.
Dalam penelitian dengan
menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah
respon yang dapat dikuantifikasikan agar dapat diolah secara statistic,
sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan.
b.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi berperanserta (participation observation), wawancara mendalam (in
depth interview) dan dokumentasi.
1.
Pengumpulan Data dengan
Observasi
1.1. Macam-Macam Observasi
Nasution
(1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. (Marshall: 1995)
Sanafiah faisal (1990) mengklasifikasikan
observasi menjadi observasi berpartispasi (participant observian), observasi
yang terangan-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation),
dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).
a.
Observasi partisipatif
Dalam
observasi ini, peneiliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan
ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh
akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang tampak.
Observasi ini
terbagi menjadi empat jenis, yakni:
-
Partisipasi pasif (passive
participation), yakni peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
-
Partisipasi moderat (moderate
participation), yakni terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam
dengan orang luar. Peneliti mengumpulkan data ikut observasi partispatif dalam
beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
-
Partisipasi aktif (active
partispation), yakni peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber,
tetapi belum sepenuhnya lengkap.
-
Partisipasi lengkap (complete
participation), yakni peneliti terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan
sumber data. Jadi, suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan
penelitian.
b.
Observasi terus terang dan
tersamar
Observasi
terus terang maksudnya, peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia melakukan penelitian. Sedangankan observasi tersamar adalah peneliti
tidak menyampaikan kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Hal
ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu data yang dicari masih dirahasiakan
atau peneliti tidak diizinkan kalau berterus terang.
c.
Observasi tak berstruktur
Observasi
tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
1.2. Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam
Nasution (1988), manfaat observasi adalah sbb:
a.
Dengan observasi di lapangan
peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dan keseluruhan situasi social,
jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.
b.
Peneliti akan memperoleh
pengalaman, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif,
jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan
induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c.
Peneliti dapat melihat hal-hal
yang kurang atau tidak teramati orang lain, khususnya yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dank arena itu tidak akan
terungkapkan dalam wawancara.
d.
Peniliti dapat menemukan
hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara
karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga.
e.
Peneliti dapat menemukan
hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran
yang lebih komprehensif.
f.
Melalui pengamatan di lapangan,
peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh
kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.
1.3. Obyek Observasi
Obyek
penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley
dinamakan situasi social, yang terdiri atas sbb:
a.
Place, yakni tempat di mana
interaksi dalam situasi social sedang berlangsung.
b.
Actor, yakni pelaku atau
orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
c.
Activity, yakni kegiatan yang
dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti KBM.
1.4. Tahapan Observasi
Menurut Spradley
(1980) tahapan observasi ada tiga, yakni:
1
TAHAP DESKRIPSI
Memasuki
situasi sosial:
ada
tempat, aktor, aktivitas
|
2
TAHAP REDUKSI
Menentukan
Fokus:
memilih
di antara yang telah dideskripsikan
|
3
TAHAP SELEKSI
Mengurai
focus:
menjadi
komponen yang lebih rinci
|

2.
Pengumpulan Data dengan
Wawancara
2.1. Pengertian Wawancara
Menurut Esterberg
(2002), Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
2.2. Macam-Macam Wawancara
Esterberg (2002)
mengemukakan beberapa macam wawancara, yakni:
a.
Wawancara Terstruktur
(structured interview)
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh.
Dalam melakukan wawancara ini, pewawancara telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya
pun telah disiapkan. Selain itu, peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
berupa tape recorder, gambar, brosur, dll. yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara menjadi lancar.
b.
Wawancara Semiterstruktur
(Semistructured Interview)
Dalam wawancara ini,
pelaksanaannya lebih bebas bila disbandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan.
c.
Wawancara tak terstruktur
(unstructured interview)
Wawancara tak
terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2.3. Langkah-Langkah Wawancara
Tujuh langkah-langkah
wawancara, menurut Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, yakni:
a.
Menetapkan kepada siapa
wawancara itu akan dilakukan
b.
Menyiapkan pokok-pokok masalah
yang akan menjadi bahan pembicaraan
c.
Mengawali atau membuka alur
wawancara
d.
Melangsungkan alur wawancara
e.
Mengkonfirmasikan ikhtisar
hasil wawancara dan mengakhirinya
f.
Menuliskan hasil wawancara ke
dalam catatan lapangan
g.
Mengidentifikasi tindak lanjut
hasil wawancara yang telah diperoleh
2.4. Jenis-Jenis Pertanyaan dalam Wawancara
Patton dalam
Molleong (2002) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan,
yakni:
a.
Pertanyaan yang berkaitan
dengan pengalaman
b.
Pertanyaan yang berkaitan
dengan pendapat
c.
Pertanyaan yang berkaitan
dengan perasaan
d.
Pertanyaan tentang pengetahuan
e.
Pertanyaan yang berkenaan
dengan indera
f.
Pertanyaan berkaitan dengan
Latar Belakang atau demografi
2.5. Alat-Alat Wawancara
Supaya hasil wawancara
dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara
kepada informan atau sumber data, maka diperlukan alat-alat berikut:
a.
Buku catatan, berfungsi untuk
mencatat semua percakapan dengan sumber data.
b.
Tape recorder, berfungsi untuk
merekam semua percakapan atau pembicara
c.
Kamera, berfungsi menjadi bukti
bahwa peneliti telah melakukan pengumpulan data
2.6. Mencatat Hasil Wawancara
Hasil wawancara
segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan
hilang.
3.
Teknik Pengumpulan Data dengan
Dokumen
Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambare
atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, sketsa, dll. Dokumen yang berbentuk
karya, misalnya karya seni yang berupa gambar, film, dll. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
4.
Tringulasi
Tringulasi adalah
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Tringulasi “teknik”
pengumpulan data
![]() |
|||
![]() |
Tringulasi
“sumber” pengumpulan data
C.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
- Pengertian Instrumen Penelitian Tindakan Kelas
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dan disebut juga dengan
teknik penelitian. Karena instrumen atau alat tersebut mencerminkan cara
pelaksanaannya.
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu cara
ilmiah dalam memecahkan masalah pembelajaran yang memerlukan sebuah instrumen
pengumpulan data yang tepat untuk menghasilkan suatu data yang diharapkan.
Karena sebuah penelitian memerlukan data-data empiris.
Ciri khas dari Penelitian Tindakan Kelas
adalah suatu pengamatan yang melibatkan peran serta seorang guru, dimana
seorang guru selain mengajar juga melakukan penelitian. Guru sebagai penentu
skenario penelitian, bertindak sebagai instrumen pokok atau kunci dalam
Penelitian Tindakan Kelas dan berpartisipasi penuh dalam pengumpulan data.
Sehingga instrumen lain hanya menjadi instrumen penunjang.
Teknik pengumpulan data dilaksanakan guru
ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, namun tidak boleh
mengganggu kegiatan pembelajaran, karena guru dalam konteks PTK berperan ganda
sebagai pengajar dan peneliti. Dengan demikian instrumen yang mungkin digunakan
adalah pengamatan dan observasi terstruktur.
B. Jenis-jenis Instrumen
Penelitian Tindakan Kelas
Jenis-jenis Instrumen yang digunakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas adalah :
a.
Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung
dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati
atau diteliti.
Menurut Lincoln dan Guba observasi adalah : Proses pengambilan data
dalam penelitian dimana pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sesuai
digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi kegiatan belajar
mengajar, tingkah laku dan interaksi kelompok seperti dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Karena observasi merupakan sebuah proses pengamatan secara langsung.
Observasi dalam PTK digunakan sebagai
pemantau guru dan siswa, observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan
guru dalam siklus kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru guna
dievaluasi dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Dan observasi
juga digunakan untuk mengumpulakan informasi tentang perilaku-perilaku para
siswa-i terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.
Beberapa
kelemahan observasi dalam PTK adalah :
1.
Terdapat beberapa gejala atau tingkah laku yang tidak
dapat diungkapkan dengan observasi, terutama hal yang bersifat rahasia.
2.
Observant atau yang diobservasi mungkin melakukan
kegiatan yang dibuat-buat jika mengetahui dirinya sedang diobservasi atau
diamati.
3.
Observant sulit bertindak objektif jika pengamatan
berkenaan dengan gejala-gejala tingkah laku.
4.
Kemungkinan terjadinya gejala hallo effec atau
kesan-kesan umum yang tampak dari perilaku observent dan dapat mempengaruhi
observer untuk berlaku tidak objektif dalam memberikan penilaian.
5.
Mungkin adanya keraguan pada diri observer dalam
pemberian penilaian terhadap observant. Sehingga diperlukan kriteria yang jelas
dalam setiap kategori penilaian.
6.
Kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi oleh
observer.
Prinsip-prinsip penggunaan observasi sebagai
alat pemantau dalam PTK yang dapat digunakan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan observasi dalam PTK adalah :
1. Direncanakan bersama oleh observer (guru), teman sejawat atau mitra
(LPTK atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan guru yang akan
diobservasi. Karena observasi dalam PTK adalah alat untuk mengumpulkan
informasi terkait tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran sebagai bahan
masukan dalam kegiatan refleksi. Sehingga diperlukan adanya kesepakatan tentang
kriteria penelitian.
2. Observasi difokuskan pada hal yang spesifik sesuai dengan kebutuhan
tindakan dalam proses perbaikan.
3. Membuat kesepatan kinerja yang jelas tentang keberhasilan dari suatu
tindakan, guna membantu guru dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan topik
permasalahan.
4. Observer mempunyai keterampilan sebagai berikut :
a. Tidak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan dari suatu tindakan.
b. Dapat menciptakan iklim yang tidak menegangkan.
c. Menguasai berbagai teknik penggunaan instrumen observasi. Seperti :
cek list dan skala penilaian.
5. Diperlukan feedback atau umpan balik untuk memperbaiki proses
pembelajaran dengan beberapa hal berikut :
a. Hasil observasi segera didiskusikan setelah selesai kegiatan
pembelajaran.
b. Umpan balik diberikan berdasarkan data faktual (bukti logis) yang
dicatat atau direkam melaui instrumen observasi.
c. Data diinterpretasikan atau ditafsirkan sesuai dengan kriteria yang
telah disusundan disepakati bersama.
d. Guru sebagai pelaku tindakan diberi kesempatan pertama untuk
menafsirkan data.
e. Diskusi mengacu pada perbaikan strategi pembelajaran sesuai yang
telah dipelajari.
Tipe pengamatan meliputi : pengamatan
berstruktur (berpedoman) dan pengamatan tidak berstruktur (tidak berpedoman).
Sedangkan jenis-jenis observasi berdasarkan persiapan dan cara pelaksanaannya
adalah :
a. Observasi sistematis (observasi dengan persiapan sebelum
pelaksanaan, terkait : aspek yang diamati, waktu dan alat observasi).
b. Observasi insidental (observasi yang dilakukan tanpa perencanaan).
Berdasarkan hubungan
antara observer dan observant dibedakan menjadi :
a. Observasi Partisipatif (observasi yang melibatkan keikutsertaan
observer dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan observant).
b. Observasi Nonpartisifatif (observasi yang tidak melibatkan observer
dalam kegiatan observasi). Sehingga observer murni bertindak sebagai pengamat.
Instrumen observasi yang sering digunakan
dalam PTK adalah :
a. Check list atau daftar cek adalah
pedoman observasi yang berisi tentang daftar semua aspek yang akan diobservasi,
observer hanya perlu memberikan tanda ada atau tidak dengan tanda cek (√)
tentang aspek observasi. Check list dibagi menjadi Check list
individual dan Check list kelompok. Contoh Check list kelompok
adalah :
No
|
Nama
|
Pertanyaan ke
|
Jumlah
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
1
|
Irfan
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
5
|
|||||
2
|
Pandu
|
√
|
√
|
√
|
3
|
|||||||
3
|
Dika
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
6
|
||||
4
|
Mansyur
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
7
|
|||
5
|
Chaca
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
6
|
||||
6
|
Afika
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
7
|
|||
7
|
Ana
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
9
|
|
8
|
Iis
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
9
|
b. Anecdotal record atau catatan anekdot
adalah alat observasi untuk mencatat kejadian kejadian yang luar biasa sehingga
dianggap penting. Contoh :
Hari ini, Selasa 14
Pebruari 2012, Ana yang biasanya tidak pernah mau menjawab pertanyaan,
tiba-tiba dapat menjawab 9 dari 10 pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dan
jawaban yang diberikan adalah benar. Mungkinkah ini menunjukkan munculnya sikap
percaya diri setelah pemberian motivasi oleh guru?
c. Rating scale atau skala penilaian adalah
daftar cek yang hampir sama dengan check list, namun aspek yang
diobservasi dijabarkan kedalam bentuk skala atau kriteria tertentu. Macam-macam
Rating scale adalah:
1. Skala penilaian kategori adalah kriteria penilaian yang dijabarkan
kedalam bentuk kualitatif seperti selalu, kadang-kadang atau tidak pernah.
2. Skala penilaian numerikal adalah kriteria penilaian dengan
alternatif penilaian yang menggunakan nomor, seperti : 0, 1, 2.
3. Skala penilaian berbentuk grafis adalah kriteria penilaian dengan
alternatif gejala dalam bentuk grafis vertikal maupun horizontal.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik
pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun
melalui media tertentu. Keuntungan dari wawancara adalah :
1. Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh.
2. Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih luas.
3. Wawancara memungkinkan pewawancara mendapatkan penjelasan tentang
pertanyaan yang kurang dipahami.
Untuk menghindari kelemahan akibat pengaruh
suasana dan proses wawancara, diperlukan kemampuan pewawancara untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan, bebas dan terbuka dengan alat tertentu.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pewawancara adalah :
1. Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, memperhatikan,
menjadi pendengar yang baik, dan tidak berperan terlalu aktif untuk menunjukkan
bahwa anda mengharapkan pendapat yang terbaik.
2. Bersikaplah netral, dengan memperlihatkan sikap terheran-heran atau
tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan.
3. Bersikaplah tenang dan tidak terburu-buru mengambil sikap.
4. Yakinkanlah orang yang diwawancarai bahwa pendapatnya penting dan
wawancara bukanlah suatu tes atau ujian.
5. Perhatikan bahasa wawancara, ingat garis besar tujuan wawancara dan
ulangi pertanyaan jika jawaban anak terlalu umum.
Jenis-jenis
wawancara adalah :
1.
Berdasarkan pelaksanaanya wawancara dibagi menjadi :
a. Wawancara Insidental (wawancara tidak formal) adalah Jenis wawancara
yang dilaksanakan sewaktu-waktu bila
dianggap perlu.
b. Wawancara terencana (wawancara formal) adalah Jenis wawancara yang
dilaksanakan secara terencana dengan
baik mengenai waktu pelaksanaan, tempat dan topik yang akan dibicarakan.
2.
Berdasarkan bentuk pertanyaan dan jawaban dibagi
menjadi :
a. Close question adalah bentuk pertanyaan
yang tertutup, dimana siswa hanya cukup menjawab ya atau tidak.
b. Pertanyaan terbuka adalah wawancara yang memberikan kesempatan
siswa-i untuk menjawab pertanyaan
sendiri.
c.
Catatan harian (Field note)
Catatan harian merupakan instrumen untuk
mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan guru. Catatan ini berguna untuk mengetahui perkembangan siswa-i dalam
proses pembelajaran. Macam-macam catatan harian dalam PTK adalah :
a. Catatan harian guru adalah catatan tentang berbagai temuan guru
selama proses tindakan dilakukan. Seperti : catatan tentang respon siswa-i
terhadap perlakuan yang diberikan guru.
b. Catatan harian siswa adalah catatan tentang tanggapan siswa-i
terhadap tindakan yang dilakukan guru.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun catatan harian adalah:
a. Catatan harian ditulis ketika proses tindakan berlangsung untuk
menjaga obyektivitas fakta yang ditemukan.
b. Hal yang ditulis adalah yang bersentuhan langsung dengan fokus
masalah.
c.
Catatan ditulis dengan singkatdan padat sesuai dengan
fokus dan sasaran penelitian.
Contoh catatan harian adalah :
Jum’at, 29 April 2011
Mata pelajaran Bahasa Arab (menyimak/maharotul qiro’ah)
Anak-anak diminta menceritakan kembali isi bacaan.
“Coba ceritakan kembali apa isi bacaan yang kamu baca ?”
Pada awalnya tidak ada yang menjawab,
setelah 5 menit hanya ada 4 siswa yang menjawab, 2 menjawab dengan benar dan 2
menjawab dengan jawaban yang kurang tepat. Tampaknya hampir semua siswa-i belum
menemukan kunci jawaban dari bacaan tersebut.
d.
Tes
Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan
data untuk mengukur kemampuan siswa-i dalam aspek kognitif atau tingkat
penguasaan materi. Kriteria instrumen tes adalah hendaknya memiliki tingkat
validitas (dapat mengukur apa yang hendak diukur) dan memiliki tingkat
reabilitas (tes dapat memberikan informasi yang konsisten).
Jenis-jenis tes berdasarkan jumlah
pesertanya adalah :
a.
Tes kelompok adalah : tes yang dilakukan terhadap
beberapa siswa-i secara bersamaan.
b.
Tes individual adalah : tes yang diberikan kepada
siswa-i untuk perorangan.
Jenis tes berdasarkan cara pelaksanaannya
adalah :
a.
Tes tulis
-
tes esai (uraian)
-
tes obyektif (tes benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan atau melengkapi)
b.
Tes lisan
c.
Tes perbuatan atau peragaan.
C. Contoh Instrumen Penelitian
Tindakan Kelas
1. Contoh format
instrumen observasi terstruktur dalam kegiatan pembelajaran berbasis PTK.
Judul Penelitian Tindakan Kelas :
____________________________
Hari/Tanggal/Tempat Penelitian :
____________________________
Siklus
: ____________________________
Waktu
Pengamatan
: ____________________________
No
|
Komponen yang Diamati
|
Nomor Siswa
|
Jumlah
|
%
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||||
1
|
Siswa Aktif
|
||||||||||||
2
|
Siswa Kooperatif
|
||||||||||||
3
|
Siswa yang dapat menyelesaikan tes
|
Keterangan Nama Siswa :
1.
____________ 4. ____________ 7. ___________ 10.
__________
2.
____________ 5. ____________ 8. ___________
3.
____________ 6. ____________ 9. ___________
Refleksi
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Ponorogo, _______________
Guru
________________________
Petunjuk pengisian
Petunjuk pengisian
- Pindahkanlah rumusan judul PTK yang anda rumuskan.
- Tulislah hari, tanggal dan tempat penelitian tindakan kelas.
- Tulislah siklus penelitian yang akan dilakukan.
- Tulislah waktu pengamatan atau observasi.
- Tulislah nama siswa-siswi yang mengikuti kegiatan pembelajaran.
- Berilah tanda contreng (√) pada nomor siswa yang menunjukkan tanda-tanda aktif, terampil dan perubahan prestasi hasil belajar.
- Hitunglah jumlah siswa-siswi yang anda beri tanda contreng (√) ketika anda melakukan penelitian tindakan kelas.
- Hitunglah prosentase jumlah siswa-siswi yang anda beri tanda contreng (√) ketika anda melakukan penelitian tindakan kelas.
- Refleksikan hasil penelitian anda dengan menuliskan analisis pada lembar refleksi. Refleksi yang anda tulis harus menunjukkan analisis anda tentang adanya perubahan keaktifan siswa, kooperative siswa dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes ketika dan atau setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tertentu sebagai sebuah tindakan.
- Tulis nama anda sebagai guru dan sekaligus peneliti
2. Contoh format
instrumen observasi mendalam dalam kegiatan pembelajaran berbasis PTK.
Judul Penelitian Tindakan Kelas :
____________________________
Hari/Tanggal/Tempat Penelitian :
____________________________
Siklus
: ____________________________
Waktu
Pengamatan
: ____________________________
Kompetensi
Dasar
: ____________________________
Indikator
: ____________________________
Catatan Pengamatan
|
Dalam kolom ini narasikan kegiatan yang sebenarnya terjadi pada
diri sisw-i di kelas selama pembelajaran berlangsung tanpa memberikan
komentar atau interpensi ..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
|
Refleksi
|
Dalam kolom ini refleksikan realitas atau kejadian diatas
dengan cara mereduksi data. Setelah itu lakukan analisis domain yang
dikaitkan dengan sebuah teori (idealitas). Apakah kegiatan siswa-i
sudah mencerminkan pencapaian indikator atau kompetensi dasar atau belum. Dan
setelah itu lakukan triangulasi dan akhiri dengan keputusan apakah
diperlukan siklus kedua atau tidak.
|
Ponorogo, _______________
Guru
________________________
3. Contoh format
instrumen wawancara mendalam dalam kegiatan pembelajaran berbasis PTK.
Judul Penelitian Tindakan Kelas :
____________________________
Hari/Tanggal/Tempat Penelitian :
____________________________
Siklus
: ____________________________
Waktu
Wawancara
: ____________________________
Kompetensi
Dasar
: ____________________________
Indikator
: ____________________________
Transkip wawancara
|
- Dalam kolom ini tuliskan transkip wawancara dengan siswa-i terkait
dengan pencapaian atau penguasaan pelajaran selama dan sesudah kegiatan
pembelajaran.
- Transkip wawancara harus ditulis secara lengkap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban yang disampaikan oleh
informan.
- Agar tidak menggangu anda dalam melakukan kegiatan pembelajaran
pada siswa-i, lebih baik gunakan alat perekan suara (type recorder)
selama melakukan wawancara.
|
Refleksi
|
Dalam kolom ini refleksikan hasil wawancara diatas dengan cara
mereduksi data. Setelah itu lakukan analisis domain yang dikaitkan dengan
sebuah teori (idealitas). dan akhiri dengan keputusan, apakah data
dari wawancara sudah mencerminkan pencapaian indikator atau kompetensi dasar
atau belum. Dan setelah itu lakukan triangulasi dan akhiri dengan
keputusan apakah diperlukan siklus kedua atau tidak.
|
Ponorogo, _______________
Guru
________________________
4. Contoh format instrumen dokumentasi dalam kegiatan pembelajaran
berbasis PTK.
Judul Penelitian Tindakan Kelas :
____________________________
Hari/Tanggal/Tempat Penelitian :
____________________________
Siklus
:____________________________
Waktu
Wawancara
: ____________________________
Kompetensi
Dasar
: ____________________________
Indikator
: ____________________________
Bukti Dokumentasi
|
Dalam
kolom ini tempelkan bukti dokumentasi yang saudara temukan selama kegiatan
pembelajaran di kelas.
|
Refleksi
|
Dalam
kolom ini refleksikan makna yang tersirat dalam dokumen tersebut, apakah
siswa-i sudah mencerminkan pencapaian indikator atau kompetensi dasar atau
belum. Dan setelah itu lakukan triangulasi dan akhiri dengan keputusan
apakah diperlukan siklus kedua atau tidak.
|
Ponorogo,
_______________
Guru
________________________
5. Contoh
format instrumen angket dalam kegiatan pembelajaran berbasis PTK.
Judul Penelitian Tindakan Kelas :
____________________________
Hari/Tanggal/Tempat Penelitian : ____________________________
Siklus
: ____________________________
Waktu
Wawancara
: ____________________________
Kompetensi
Dasar
: ____________________________
Indikator
: ____________________________
Panduan angket
|
Tulis atau tempel angket yang akan saudara jadikan sebagai alat
untuk mengukur pencapaian siswa-i dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas
|
Refleksi
|
Dalam kolom ini refleksikan hasil perolehan angket. Setelah itu
lakukan analisis domain yang dikaitkan dengan sebuah teori (idealitas).
dan akhiri dengan keputusan anda, apakah data dari wawancara sudah
mencerminkan pencapaian indikator atau kompetensi dasar atau belum. Dan
setelah itu lakukan triangulasi dan akhiri dengan keputusan apakah
diperlukan siklus kedua atau tidak.
|
Ponorogo, _______________
Guru
________________________
SUMBER PUSTAKA:
Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D)
http://rishelcha.blogspot.com/2012/10/penyusunan-instrumen-penelitian.html